Nama : Asih
NIM : 0706352
Mata Kuliah : Seminar BIPA
JAWABAN UAS TAKE HOME
1. Tiga versi pandangan dalam teori pemerolehan bahasa:
a) Teori Behaviorisme;
Teori behaviorisme mengatakan bahwa peniruan sangan penting dalam memelajari bahasa. Teori ini juga mengatakan bahwa memelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara kegiatan stimulu-respon dengan penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh situasi ynag dikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang.
b) Teori Mentalis;
Teori Mentalis (pelopor – Bloomfield, Edward Sapir, Fries, Boas dan Brooks)
Ahli psikologi yang turut berpegang pada teori ini termasuklah B.F Skinner, Pavlov, Hull dan Thorndike. Golongan mentalis berpendapat bahawa bahasa dikuasai melalui proses pengulangan. Oleh yang demikian proses pengajaran bahasa haruslah menekankan latihan dan pengulangan yang banyak.
Teori Pembelajaran Mentalis (Menurut Noam Chomsky)
Teori ini menekankan fungsi mental seseorang manusia itu. Menurut Chomsky, kanak-kanak akan mengalami beberapa peringkat perkembangan dalam pemikiran iaitu bermula dari peringkat terendah deria motor, kemudian kepada pra-operasi, operasi konkrit dan operasi formal. Sebagai contoh, dalam pembelajaran bahasa, kanak-kanak akan menguasai kemahiran memahami terlebih dahulu sebelum mereka belajar bertutur.
c) Teori pemerolehan bahasa versi Krashen
Ada Sembilan hipotesis yang diajukan Stephan Krashen mengenai pemerolehan bahasa kedua yaitu:
1. Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran (Acquisition-Learning Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahwa ada dua sistem belajar bahasa kedua, setiap sistem terpisah satu sama lain namun saling terkait. Kedua hal tersebut adalah acquired system dan learned system. Acquired system mengacu ke proses bawah sadar yang dikembangkan oleh seorang anak ketika belajar bahasa pertmanya (native language). Selama proses pemerolehan ini biasanya anak tidak terlalu fokus dengan structure, tetapi lebih pada meaning. Sedangkan learned system mengacu pada usaha anak untuk menguasai structure sederhana bahasa kedua. Biasanya hal ini dilakukan dalam situasi yang formal.
2. Hipotesis Monitor (Monitor Hypothesis)
Hipotesis ini menjelaskan bagaimana hubungan anatara acquired system dan learned system tersebut diatas. Acquired system itu akan bertindak sebagai pengambil inisiatif dalam performasi. Sedangkan pengetahuan yang didapat dari learned system berperan sebagai penyunting dan pengoreksi apabila ada kesalahan dalam structure. Tentu saja peran learned system sebagai penyunting akan sukses bila memenuhi tiga macam kondisi berikut: 1). Pemakai bahasa memiliki waktu yang memadai/tidak terburu-buru. 2). Pemakai bahasa memusatkan perhatiannya pada language structure yang diperlukan. 3). Pemakai bahasa mengetahui structure yang diperlukan pada saat ia berinteraksi.
3. Hipotesis Urutan Alamiah (Natural Order Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan bahawa dalam proses pemerolehan bahasa anak-anak memperolehan unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksi sebelumnya. Urutan yang dimaksud bersifat alamiah, yaitu, melalui empat tahap: 1. Producing single words.2. Stringing words together based on meaning and not syntax. 3. Identifying the elements that begin and end sentences. 4. Identifying the different elements within sentences and can rearrange them to produce questions
4. Hipotesis Masukan (Input Hypothesis)
Hipotesis ini menerangkan tentang proses pemerolehan bahasa pada pembelajar bahasa kedua. Pemerolehan itu dapat terjadi apabila masukan (input) itu dapat dipahami (comprehensible). Comprehensible input itu bisa didapatkan melalui tuturan dan bacaan yang dapat dipahami maknanya. Untuk memahami input itu pembelajar bisa dibantu dengan penguasaan tatabahasa yang telah diperoleh sebelumnya, pengetahuan tentang dunia, penjelasan atau gambar-gambar dan struktur tersebut dipahami dan bantuan penerjemahan.
5. Hipotesis Saringan Afektif (Affective Filter Hypothesis)
Hipetesis ini menekankan akan pentingnya faktor dalam diri pembelajar bahasa (external factors) dalam mensukseskan pemerolehan bahasanya. Faktor-faktor tersebut yaitu: motivasi (motivation), keyakinan diri (self-confidence), dan rasa takut (anxiety). Jika pembelajar memiliki motivasi dan kepercayaan diri yang tinggi maka ia akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses. Sebliknya jika ia masih memiliki rasa takut (anxiety) untuk mengungkapkan sesuatu yang diperolehnya atau melakukan latihan, maka akan terjadi mental block (saluran mental yang buntu) sehingga akan menghambat proses pemerolehan bahasanya. Mental block itu akan menghambat comprehensible input ke dalam Language Acquisition Device.
6. Hipotesi Pembawaan (bakat)
Bahasa kedua diperoleh dari pembaawan (bakat), secara tidak langsung seorang pembelajar bahasa sudah mempunyai pengetahuan awal tentang kaidah pola ujaran. Kaidah itulah yang memungkinkan seseorang mempunyai tuturan baru.
7. Hipotesis Sikap
Hipotesis sikap dibagi dua yaitu:
Intropert adalah orang yang tertutup dalam pembelajaran bahasa maka dia tidak akan berkembang pemerolehan bahasanya.
Ekstropert : oaring yang sikapnya lebih terbuka terhadap pembelajaran bahasa makana akan lebih cepat dalam pembelajaran bahasa.
8. Hipotesis Bahasa Pertama
Pemerolehan bahasa pertam aterjadi apabila sesorang anak manusia semula tanpa bahasa dan kini mulai memperoleh satu bahasa. Bhasa pertama dikatakan diperoleh ketika waktu anak-anak.
9. Hipotesi Variasi Individual dalam penggunaan monitor
Ada tiga tipe pengguna yaitu:
a. Monitor pemakai pasif (monitor Overusers) adalah pengguna yang merasa mereka harus “tahu aturan” untuk segalanya dan tidak sepenuhnya memeercayai kemampuan tat bahsa di dalam bahasa kedua.
b. Tipe underuser, yang tampak sangat bergantung seutuhnya pad apa yang bisa “pilih” dari bahasa kedua.
c. Optimal User dalah pengguna yang menggunakan pembelajaran sebagai suplemen yang nyata untuk mendapatkan kemahiran/ penguasan, melakukan pengamatan ketika memang diperlukan dan ketika menghalangi komunikasi (misalnya menyiapkan pidato dan menulis).
2. Pendapat Walbarg Klein (1986) tentang hipotesis pemerolehan bahasa:
Menurut Klien (1986) bahasa asing digunakan untuk menyatakan bahasa yang diperoleh di dalam lingkungan tempat bahasa tersebut biasanya tidak digunakan (yakni biasanya melalui pembelajaran) dan kalau sudah diperoleh, bahasa tersebut tidak digunakan oleh pemelajar dalam situasi rutin , sehari-hari.
3. Peranan lingkungna formal dan informal dalam pembelajaran BIPA dan hubungan keduanya:
Peranan lingkungan formal dalam pembelajaran BIPA untuk mengetahui kaidah-kaidah bahasa secara baku, secara terstuktur, menurut teorinya,
Peranan lingkungan nonformal untuk tempat berpraktik pembelajar BIPA dalam bahasa. Misalnya percakapan sehari-hari , bahasa di pasar yang tidak sama dengan bahasa formal.
Hubungan keduanya dalam pembelajaran saling mendukung satu sisi pembelajar BIPA memperoleh pembelajaran bahasa secara teori dan satu sisi memperoleh pembelajaran secara langsung bagaiman penggunaan bahasa tersebut digunakan dalam interaksi sehari-hari. Gabnungan dari kedua lingkungan ini akan mempercepat dalam pembelajaran bahasa bagi pembelajar BIPA.
4. Yang dimaksud dengan kontak budaya, kejutan budaya (shock culture), dilengkapi dengan contohnya!
Kontak budaya adalah pertemuan antara du abudaya baik itu budaya baru maupun budaya lama. Contohnya misalnya budaya Jawa dan budaya Sunda berbau sehingga menimbulkan budaya baru.
Kejutan budaya merupakan istilah yang digunakan bagi menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Contoh Seorang pembelajar Amerika merasa kaget ketika belajar di Indonesia karena perbedaan kultur misalnya dalam hal tegur sapa (basa basi ) ynag sering dilakukan oleh orang Indonesia. Perbedaan makanan, kebersihan dll.
Sumber:
Suherman, Agus. 2008. Makalah Analisis Teori Monitor dalam Akuisisi Bahasa Kedua. Unpad:tidak diterbitkan.
Kristianty, Theresia. 2006. Pandangan-pandangan Teoristik Kaum Behaviorisme tentang pemerolehan Bahasa Pertama. [Jurnal Pendidikan Online ]. Tersedia: http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.28-33%20Teori%20Behaviourisme.pdf [6 Juni 2006].
Salleh, Kulanz.2009. Teori Pemerolehan Bahasa. [Online]. Tersedia : http://kulanzsalleh.blogspot.com/2009/12/teori-pemerolehan-bahasa.html. [28 Desember 2009].
Di unduh dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Kejutan_budaya