Selamat Datang

Selamat Datang di rumah kata Asihocan.

Senin, 10 Januari 2011

Tugas Kuliah

Nama               : Asih
NIM                :0706352
Kelas               : Dik 5C
Mata Kuliah    : Sastra Nusantara
Pengertian Sastra
1.      Dalam bahasa-bahasa barat sastra disebut literature (Inggris), literature (Jerman), literature (Prancis), dan semuanya berasal dari bahasa latin litteratura. Litteratura  diciptakan dari terjemahan dari kata Yunani grammatika; litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata littera dan gramma yang berarti “huruf’ (tulisan, letter).
2.      Dalam bahasa Belanda terdapat kata gletterd  orang yang berperadaban dengan kemahiran khusus di bidang sastra.
3.      Dalam bahasa jerman Schrifftum yang meiputi segala sesuatu tertulis dan Dichtung biasanya terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, jadi bersifat rekaan dan secara imflisit ataupun eksplisit dianggap mempunyai nilai estetis.
4.      Dalam bahasa Cina perkembangan semantik agak kompleks, kata yang dekat dengan sastera literature, adalah kata  wen, yang menurut asalnya “ikatan tenunan” kemudian “pola, sususnan, struktur” dan dari situ berkembang arti yang agak dekat dengan sastera (bandingankan juga kata text yang etimologinya juga berkaitan dengan kata textie dalam bahasa latin :”tenunan, pola dll) (Liu,1975: Introduction; Plaks 1977).
5.      Dalam bahasa Arab tidak ada sepatah kata yang artinya bertepatan dengan sastera; kat yang paling dekat barangkali adab.   Dalam arti sempit adab berarti belles-letters atau susastera tetapi berarti sekaligus kebudayaan, sivilisasi atau dengan kata arab lain tamaddun. Disamping itu ada berbagai kata yang menunjukkan bentuk sastera tertentu seperti kasidah, dan sudah tentu kata syi’r yang berarti puisi. Dalam bahasa melayu kata syair.
6.      Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar sas- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata "sastra" bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak.Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
7.      Kesusastraan : susastra + ke – ansu + sastrasu berarti indah atau baik. Sastra berarti lukisan atau karangan. Susastra berarti karangan atau lukisan yang baik dan indah. Kesusastraan berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah.

Pengertian Sastera Nusantara
Les Insolindes, Insulinde, barangkali adalah istilah lain dari Nusantara yang menunjukkan kepada suatu kawasan yang terdiri dari berbagai pulau. Pengertian sempitnya,barangkali identik dengan wilayah yang sekarang menjadi wilayah negara Republik Indonesia dan budaya Melayu sehingga mencakup Malaysia  Barat & Timur serta Brunei. Mungkin termasuk juga Filipina Selatan dan Muangthai Selatan serta Timor Leste.
Sedangkan dalam dunia sastra, istilah ini  menunjukkan kepada karya-karya seni yang menggunakan berbagai bahasa di berbagai pulau dan daerah di wilayah Republik Indonesia sebagai sarana utama pengungkapan diri, pengungkapan rasa dan karsa. Jika pemahaman begini benar maka konsekwensi nalarnya, bahwa yang disebut sastra Nusantara, tidaklah sebatas karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Sastra berbahasa Indonesia hanyalah menjadi salah satu saja dari sastra Nusantara atau sastra Indonesia.
Jika kita sepakat dengan pengertian Nusantara seperti ini maka kita akan memasukkan karya-karya besar seperti I La Galigo dari TanahBugis, Sansana Bandar Bandar,Sansana Kayau Pulang dari Tanah Dayak, pantun-pantun, gurindam dan seloka Melayu , karya-karya yang ditulis oleh warga dari etnik Tionghoa atau Indo sebagai bagian dari sastra Nusantara dan bukan hanya membatasinya pada karya-karya yang ditulis dalam bahasa Indonesia "Modern" yang secara usia sangat pendek usianya dibandingkan dengan karya-karya tersebut dan yang kita sangat kurang indahkan. Sedangkansastra Indonesia jauh lebih tua usianya daripada sastra berbahasa Indonesia. Membatasi cakupan sastra Nusantara pada yang berbahasa Indonesia "modern" lebih memperlihatkan kepongahan , kekenesan dan kecupetan atau sektarisme   pandangan. Barangkali. Terdapat masalah jika dilihat secara otntologi sebagai sisa  atau varian dari pandanganhegemonik "modernitas" dan yang disebut besar dan puncak sebagaimana yang dirumuskan dalam UUD '45 dahulu. 
Pengertian sastra warna lokal, gambaran daerah terlalu seperti pakaian, sopan santun, dialek yang melatari kehidupan tokoh dalam karya sastra dan hanya bersifat dekoratif. Warna tempatan, misalnya Minangkabau dalam beberapa novel Balai Pustaka (Zaidan, dkk, 1994: 214).
Sastra warna tempatan, penggambaran, corak atau ciri khas suatu masa atau daerah tertentu serta pemakaian bahasa atau kata-kata daerah yang bersangkutan dengan tujuan kisahan, menjadi lebih menarik dan keasliannya lebih tampak. Sikap dan lingkungan tokoh juga ikut mendukung corak setempat (Sudjiman, 1970:17-18).
Sastra warna lokal pada hakikatnya, realitas sosial budaya suatu daerah yang ditunjuk secara langsung oleh fiksionalitas suatu karya sastra. Secara intrinsik dalam struktur karya sastra warna lokal selalu dihubungkan dengan unsur-unsur pembangkitannya, yaitu latar belakang penokohan, gaya bahasa, dan suasana. Dalam kontek sastra sebagai sistem tanda, warna lokal selalu dikaitkan dengan kenyataan hidup, yaitu kenyataan sosial budaya secara luas. Komponen-komponennya antara lain adat istiadat, agama, kepercayaan, sikap, filsafat hidup, hubungan sosial, struktur sosial atau sistem kekerabatan (Mahmud, 1987:25)
Sastra warna lokal atau setempat, sastra berwarna daerah dengan pelukisan-pelukisan daerah serta kekhasannya baik secara geografis maupun secara sosial kultural. Tema, tempat, waktu, suasana, tokoh dan bahasa atau dialek turut menentukan warna lokal atau setempat.
Sastra warna lokal memberikan informasi kepada para pembaca mengenai suatu daerah baik mengenai keadaan alamnya maupun keadaan penduduknya (tokoh-tokohnya) Seperti adat istiadat, sifat, struktur masyarakat, bahkan sejarah dan bahasanya.
Daftar Rujukan
Faqih, Fahmi. 2008. Jurnal Toddopuli: Sastra Nusantara adalah Sastra Kepulauan.Di unduh dari http: sangumang kusni.com.
Purba, Antilan. 2009. Sastra Indonesia Berwarna Lokal.  Di unduh dari www.google.com.
Saujana. 2008. Sosial, Budaya, Politik, Sastra dan Pendidikan.di unduh dari http: www.google.com
Teeuw, A. 2006. Sastera dan Ilmu Sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar